Tokoh dewa penipu ini terdapat pada mitologi berbagai suku bangsa di Indonesia. Di kalangan orang Waropen di Irian Jaya, ada tokoh dewa yang digambarkan mempunyai ciri-ciri kedewataan sekaligus ciri- ciri manusia biasa, yaitu tokoh dewa seperti Uri, Kowei, dan Kirisi. Dewa ini disamakan dengan penjelmaan langit dan bumi. Dalam penjelmaannya sebagai dewa, ia menjadi makhluk yang amat besar dan mengajarkan segala keahlian yang ada di dunia kepada manusia. Sebaliknya, ketika menjelma sebagai manusia, ia biasanya menjadi orang yang sangat buruk, orang tua yang cacat, yang kulitnya penuh koreng, sering ditertawakan orang, dan kadang-kadang berfungsi sebagai pelawak. Dalam peranannya sebagai manusia yang buruk, ia sering berlaku sebagai penipu.
Dewa penipu adalah dewa dalam dongeng atau mitologi sakral dianggap sebagai dewa yang pandai, licik, lincah. Namun demikian dewa ini dikenal mempunyai watak penipu dan pengganggu. Dewa ini dikenal memiliki kepribadian ganda (dualistis). Di satu sisi, dia mempunyai sifat yang arif dan bijaksana. Di sisi lain, dia memiliki sifat buruk dan suka menipu. Dewa ini kerap disebut sebagai perantara antara manusia dengan para dewa. Dalam ilmu folklore dan analisa mitologi, dewa ini disebut sebagai trickster atau penipu. Dewa penipu diyakini menguasai dunia perdagangan. Hal ini membuatnya disembah oleh golongan pedagang dalam masyarakat. Dewa ini pula yang dikenal sebagai dewa yang mengajarkan ketrampilan atau teknologi baru kepada manusia. Dalam bahasa Inggris dewa ini sering dikenal dengan nama cultural hero. Jika diterjemahkan menjadi pahlawan kebudayaan atau dewa pembawa adat. Dalam banyak kepercayaan termasuk di Indonesia, dewa penipu digambarkan dengan sosok tidak tampan.
0 Comments
Leave a Reply. |